Brevet Pajak Online Unsoed

Update: Materi berikut sebagian besar diadaptasi dari textbook teori akuntansi dari Amerika Serikat. Meskipun demikian, konsep-konsep dasar aset menurut US GAAP tidak berbeda signifikan dengan IFRS, sehingga materi ini tetap relevan.
Aset merupakan salah satu unsur laporan keuangan yang didefinisikan sebagai berikut:
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.
Aset merupakan manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat dari transaksi atau kejadian di masa lampau.
Aset dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar, yaitu:
Beberapa jenis aset yang tidak dapat dikelompokkan dalam kelompok di atas dikelompokkan dalam aset lain-lain.
Pembahasan berikut akan terdiri dari:
Karakteristik dan Pengakuan
Aset lancar memiliki karakteristik sebagai berikut:
Menurut PSAK 1, suatu aset diklasifikasikan menjadi aset lancar jika aset tersebut:
Hendriksen membagi aset lancar menjadi 2 golongan:
Umumnya baik aset lancar moneter atau non-moneter diakui pada saat diperoleh.
Pengukuran
Perbedaan yang seru telah terjadi selama berabad-abad tentang bagaimana cara terbaik untuk mengukur aset. Salah satu pihak ( historian ) cenderung untuk mendukung historial cost, sementara pihak lain ( futurist ) cenderung untuk mendukung current cost.
Pengkuan aset lancar dipengaruhi oleh dua hal yaitu :
Contoh pengukuran yang berhubungan dengan sifat konservatif adalah penilaian persediaan berdasarkan LOCOM ( mana yang lebih rendah antara harga perolehan dan Nilai pasar ). Contoh pengukuran yang berhubungan dengan tingkat kepastian realisasi adalah surat berharga yang dinilai berdasarkan harga pasar. Hal ini dapat dilakukan karena adanya secondary market yang menyediakan kepastian dalam jual beli surat berharga.
Berikut akan disajikan secara ringkas pengukuran dari beberapa pos aset lancar :
Penyajian
Perusahaan menyajikan aset lancar terpisah dari aset tidak lancar dan liabilitas jangka pendek terpisah dari liabilitas jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam SAK khusus. Aset lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan liabilitas disajikan menurut urutan jatuh temponya.
Karakteristik dan Pengakuan
Menurut PSAK, aset tetap adalah:
Aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Hendriksen mengatakan, bahwa aset tetap dalam hal ini plant dan equipment memiliki bweberapa karakteristik tambahan yaitu:
Suatu aset berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap bila:
Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.
Dalam pembangunan aset baru, perusahaan akan menghadapi persoalan yang menyangkut biaya bunga dan alikasi biaya overhead yang digunakan secara bersamaan ( joint overhead cost ).
Biaya Bunga
Biaya bunga yang timbul karena perusahaan meminjam uang untuk membangun aset, dapat diperlukan sebagai berikut :
Menurut PSAK, biaya pinjaman yang secara langsung dapat diantribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu aset tertentu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut.
Alokasi Biaya Overhead
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan sendiri suatu aset baru oleh perusahaan adalah bagaimana biaya overhead dapat dialokasikan secara tepat kepada aset baru dan kepada produksi normal.
Ada empat usulan
Jika aset baru diperoleh dengan cara penukaran dengan aset lama.
Penyusutan
Menurut PSAK, penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.
Menurut Hendriksen, ada dua konsep penyusutan yaitu:
Dari definisi penyusutan menurut PSAK, terlihat bahwa Konsep Hendriksen yang dianut adalah Konsep ke 2 (alokasi ), dan bukan Konsep 1 (pilihan). Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh AIA’s Committee on Terminology pada Tahun 1942 yang menegaskan bahwa : penyusutan adalah proses alokasi, bukan proses penilaian.
Pemilihan definisi penyusutan sebagai proses alokasi mengandung beberapa kelemahan antara lain:
Usulan definisi Depresiasi
Karena kelemahan-kelemahan tersebut, maka beberapa pendapat mengusulkan untuk mengubah definisi depresiasi. Comitte on Concept and Standard dari AAA mengusulkan bahwa depresiasi dapat diartikan sebagai sebagai penurunan dari jasa yang dapat diberikan oleh suatu aset tetap. Aset menggambarkan suatu tempat penyimpanan jasa yang mungkin dihasilkan oleh aset tersebut. Saat aset digunakan, kuantitas jasa akan berkurang dan harus diakui sebagai beban.
Pendekatan ini juga dianut dalam ARS 3 yang menyatakan:
Akuntansi depresiasi adalah proses alokasi Biaya atau dasar lain dari jasa yang dapat diberikan oleh bangunan atau peralatan untuk produk atau periode yang memanfaatkan jasa tersebut .
Kelemahan dari pendekatan ini adalah :
Aset yang didepresiasi sesungguhnya terdiri dari kumpulan aset. Misalnya : truk yang terdiri dari mesin, karburator, ban dan seterusnya. Setelah digunakan maka truk semakin usang dan kemampuan truk untuk memberikan jasa berkurang.
Penurunan kemampuan ini yang sebelumnya kita difinisikan sebagai depresiasi. Jika kemudian bagian-bagian truk diganti dan diperbaharui, maka timbul biaya pemeliharaan
Metode depresiasi yang menghubungkan antara Biaya pemeliharaan dan depresiasi adalah Metode penggantian ( replacement). Ketika aset digunakan sehingga beberapa bagian didalamnya memerlukan pengantian, maka biaya penggantian tersebut merupakan beban depresiasi periode berjalan. Harga perolehan aset dipertahankan sebagai Nilai buku dari aset tanpa memperhatikan biaya penggantian yang terjadi. Modifikasi dari Metode ini menggunakan suatu akun penampung (reserve) dan membebankan depresiasi secar periodic pada usia awal hingga biaya penggantian mencapai suatu tingkat yang konstan.
Perbaikan (repairs)
Jika pemeliharaan menggambarkan biaya normal untuk mempertahankan penggunaan aset secara efisien, maka perbaikan (repairs) mengacu pada pemulian aset tanpa meningkatkan kapasitas masa manfaatnya.
Meskipun begitu perbaikan ini dapat diartikan :
Akuntan sering merekomendasikan agar biaya perbaikan diestimasi selama masa manfaat aset dengan membuat suatu penyisihan ( allowance). Penyisihan ini sebaiknya diperlakukan sebagai kontra akun dari aset yang dimaksud, sama seperti perlakuan atas depresiasi.
Konsep Capital Maintenance
Konsep ini menggambarkan perusahaan sebagai suatu kumpulan aset. Dengan asumsi kelangsungan usaha maka tidak ada depresiasi melainkan hanya adanya penggantian dan perbaikan aset rutin. Berdasarkan konsep ini, laba timbul jika total aset yang diinvestasi pada akhir periode melebihi saldo awalnya ( dengan asumsi tidak ada transaksi ekuitas dan dividen seama periode berjalan).
Kelebihan dari konsep ini adalah adanya pengakuan perubahan nilai uang dan pengakuan nilai penggantian aset tertentu. Kelemahannya adalah konsep ini tidak dapat memisahkan antara laba operasi dengan keuntungan dan kerugian luar biasa.
Karakteristik dan Pengakuan
Aset tak berwujud adalah aset tak lancar dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hokum kepada pemiliknya dan dalam Laporan Keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aset t=yang lain. Salah satu karakteristik aset tak berwujud yang paling penting adalah tingkat ketidakpastian mengenai Nilai dan manfaatnya dikemudian hari.
Beberapa karakteristik aset tak berwujud yang membedakannya dengan aset tetap adalah:
3.2. Pengukuran dan Amortisasi
Aset tak berwujud bias sangat sulit diukur. Solusi yang biasa diambil adalah dengan memperlakukan aset tak berwujud sebagai nilai residu. Secara prinsip nilai yang paling informative adalah nilai sekarang dari manfaat yang diproyeksikan. Goodwill merupakan salah satu aset tak berwujud yang paling penting, karenanya bahasan mengenai pengukuran aset tak berwujud akan difokuskan kepada pengukurn goodwill.
Pengukuran Goodwill
Ada 3 pendekatan dalam mengukur goodwill yaitu :
1. Goodwill sebagai sikap yang menguntungkan terhadap perusahaan.
Amortisasi
Aset tak berwujud tidak tetao yang dibuat secara bertahap oleh perusahaan melalui pengeluaran tahunan akan dibebankan langsung sebagai beban operasi.
Namun aset tak berwujud yang dibeli secara gabungan ( lump sum ) atau yang dikembangkan melalui pengeluaran yang luar biasa dan terindentifikasi seringkali dikapitalisasi dan diamortisasi. Setelah Nilai aset tak berwujud ditentukan, hal lain perlu diestimasikan adalah :
Amortisasi untuk Aset tak Berwujud yang umurnya terbatas
Paten, copyright, dan beberapa franchise mempunyai umur maksimum berdasarkan hukum, dan jarang sekali umur ekonomis melebihi umur menurut hokum ini. Jika umur ekonomi jauh lebih Pendek dari umur menurut hokum, maka umur ekonomislah yang seharusnya digunakan. Meskipun begitu aset yang diperoleh setelah 1 Nov. 2970 tidak boleh diamortisasi lebih dari 40 tahun.
APB menganjurkan agar aset tak berwujud diamortisasi dengan Metode garis lurus, kecuali jika Metode sistematis lainnya dianggap lebih layak.
Amortisasi untuk Aset tak berwuud yang umumnya tak terbatas
Trademark, trade names, organizationcost dan goodwill merupakan contoh aset tak berwujud yang dianggap memiliki umur yang tak terbatas. APB mengharuskan aset tak terbatas ini diamortisasi selama estimasi periode manfaat mereka, tapi tidak boleh melebihi 40 tahun. Batasan 40 tahun ini merupakan hal arbiter dan alasan digunakannya adalah bahwa Jangka waktu ini cukup panjang sehingga tidak ada dampak yang signifikan terhadap laba pada satu periode.
PSAK memiliki batasan yang berbeda untuk periode amortisasi. PSAK No.19 19 paragraf 17 menyatakan bahwa :
Periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 tahun. Periode 20 tahun ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa dalam Jangka waktu 20 tahun sudah banyak perkembangan yang terjadi sehingga setelah lewat waktu 20 tahun aset tak berwujud tersebut diperkirakan tidak ada manfaat keekonomiannya lagi.
Beberapa Masalah dalam Aplikasi
Menerapkan suatu aturan umum atas Akuntansi aset tak berwujud pada suatu situasi khusus memerlukan banyak pertimbangan Manajemen dan akuntan mereka. Berikut adalah pembahahasan mengenai beberapa peraturan arbiter yang dipaksakan untuk memperoleh keseragaman.
Program Licences Agreements
SFAS 63 mengatus masalah Akuntansi khusus yang berhubungan dengan usaha penyiaran ( broadcaster ). FASB memperbolehkan izin untuk menyiarkan ini sebagai aset tak berwujud jika memenuhi criteria yang ditentukan. Sementara itu mengenai masalah pengukuran FASB mrngizinkan penggunaan Nilai diskonto ataupun Nilai kotor padahal Nilai kotor tersebut bertentangan dengan APB No.21 yang mengatakan bahwa aset harus dinilai sebesar Nilai diskontonya.
Biaya Penelitian dan Pengembangan
Jika biaya penelitian dan pengembangan (litbang ) ini ditujukan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk lama, atau mengurangi Biaya operasional dimasa depan, maka biaya ini dianggap memiliki manfaat dimasa depan.
Karenanya sesuai dengan konsep pengaitan biaya (matching) biaya ini harus dikapitalisasikan dan diamortisasi selama periode masa manfaatnya. Jika perusahaan diharuskan untuk membebankan biaya litbang, maka hal ini akan menjadi insentif bagi manajemen untuk memotong biaya penelitian guna meningkatkan laba meskipun penelitian ini dibituhkan untuk mempertahankan pangsa pasar.
FASB dalam SFAS 2 mengharuskan bahwa semua biaya litbang dibebankan pada saat terjadinya, kecuali jika biaya ini dilakukan untuk pihak lain berdasarkan kontrak. Rekomendasi ini didasarkan atas alasan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat yang dapat ditemukan antara biaya litbang dengan manfaatnya di masa depan.
Pembebanan biaya litbang ini menimbulkan situasi yang aneh saat menghitung goodwill. Goodwill dari pembelian perusahaan dihitung saat semua aset yang dapat diidentifikasi dinilai. Litbang merupakan aset yang dpat diindentifikasi, sehingga pembeli perusahaan harus menetapkan Nilai litbang. Setelah Nilai litbang ditentukan dan goodwill dihitung, litbang tersebut kemudian harus dihaous sesuai dengan SFAS 2 tersebut.
Karena begitu besarnya ketidakpastian, profesi Akuntansi telah menyederhanakan dan menstandarisasi praktek Akuntansi dengan mensyaratkan bahwa semua biaya litbang dibebankan saat terjadinya.
Walaupun demikian ada juga beban litbang yang dapat dikapitalisir. Misalnya :
PSAK No.20 sebaliknya mengatur bahwa litbang boleh diakui sebagai aset jika memenuhi semua criteria berikut :
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa :
Comments
Post a Comment