Sherlock Holmes: anjing pemburu keluarga Baskerville
Sherlock Holmes menyebut dirinya sebagai konsultan detektif, adalah ciptaan Sir Arthur Conan Doyle. Karya-karya Doyle sebagian berupa novel, tapi banyak juga berupa cerita pendek. Salah satu novelnya yang terkenal, bahkan mungkin yang paling terkenal adalah The Hound of the Baskervilles, tentang anjing pemburu utusan dari neraka yang menghantui keluarga Baskerville, dari generasi ke generasi.
Rasanya saya tidak perlu malu untuk mengakui, saya adalah pengagum bangsa Inggris. Bagi sebagian orang, mereka adalah penjajah. Ya, itu politik bangsa mereka di masa lalu. Tapi, manusia-manusia konkret, individu yang menjadikan mereka suatu bangsa, adalah orang-orang yang keren. Dan kisah Sherlock Holmes berlatar era Victoria, ketika Inggris sedang dalam puncak kejayaannya.
Rumah megah keluarga bangsawan di pedesaan, kereta kuda dengan beragam varian, London yang dipenuhi rumah-rumah bertingkat, gelandangan yang menyelinap di sudut-sudut jalan, kereta "api" yang benar-benar berasap, hiruk pikuk pabrik, perdebatan ilmiah yang cerdas di kampus-kampus...sering saya membayangkan seandainya menjadi bangsawan, atau setidaknya menjadi bagian dari kelas menengah di masa itu, seperti Sherlock Holmes.
The Hound of the Baskervilles adalah tentang takhayul atau nalar, mitos atau sains, legenda atau sejarah.
Baskervilles dalam judul asli novel ini berupa kata benda jamak, yang berarti satu keluarga. Tiap orang dalam keluarga itu memiliki nama belakang yang sama, Baskerville. Setiap kepala keluarga Baskervilles adalah bangsawan bergelar baronet.
Ciri yang gampang dikenali dari keluarga bangsawan adalah rumah yang megah di pedesaan. Rumah keluarga Baskerville diberi nama Baskerville Hall.
Rumah keluarga ningrat atau orang kaya biasanya dilengkapi dengan formalitas serta satu pasukan pelayan berseragam, pria dan wanita. Rumah itu menjadi pusat dari satu area tanah yang sangat luas, biasanya digarap oleh petani-petani penyewa.
Untuk mempertahankan keutuhan aset, properti keluarga biasanya diwariskan ke anak laki-laki tertua atau ke kerabat laki-laki terdekat, yang kemudian menjadi baronet selanjutnya.
Dan cerita di novel ini diawali dengan misteri kematian Charles Baskerville, sang baronet, yang mendadak dan penuh kejanggalan. Kosa kata yang sering digunakan Doyle adalah "singular", yang bagi Sherlock Holmes berarti unik, penuh misteri, dan mengundang tanya untuk dicari jawabannya.
Charles Baskerville sendiri, meskipun bangsawan berpendidikan dengan pengalaman sebagai pebisnis sukses di Afrika Selatan, percaya sepenuhnya dengan kutukan yang menjelma sebagai anjing pemburu yang menjadi penyebab kematian tragis leluhurnya.
Kutukan itu adalah tulah dari perbuatan jahat Hugo Baskerville di tahun 1600an. Konon pada suatu hari, Hugo Baskerville tergoda oleh seorang gadis anak tetangga nan cantik jelita. Si gadis, karena tahu perangai buruk Hugo, ketakutan dan menolak cintanya. Tak terima, Hugo menculik si gadis dan menguncinya di dalam kamar. Belum sempat hasratnya terpuaskan, si gadis berhasil kabur. Malang nasib si gadis, pelariannya segera diketahui Hugo dan kawan-kawannya yang sama-sama brutal.
Si gadis pun kembali diburu, tentu saja dengan bantuan anjing piaraan keluarga Baskerville. Dalam kemarahannya, Hugo bersumpah serapah, "Aku rela jiwa dan raga kuserahkan kepada Iblis jika si cantik tak berhasil kudapat!"
Dan terjadilah, si gadis mati karena takut dan kelelahan. Hugo pun mati disaksikan tiga temannya. Hugo mati dimangsa anjing pemburu. Bukan, bukan anjing piaraannya yang membunuh Hugo. Tapi anjing pemburu dari neraka, the hound, yang disambatnya sebelum perburuan si gadis. Anjing itu ukurannya sangat besar, dari mulutnya keluar api, matanya memancarkan api, dan warna bulunya hitam tapi juga diselimuti api.
Sejak itulah, sang anjing dari neraka memburu keluarga Baskerville.
Legenda itu dibacakan oleh Dokter Mortimer kepada Sherlock Holmes, dan tentu saja bersama Dokter Watson, pada suatu pagi di bulan September 1889. Dokter Mortimer adalah dokter pribadi dan pelaksana wasiat Charles Baskerville.
Benarkah kematian Charles Baskerville disebabkan oleh anjing pemburu dari neraka? Sherlock Holmes, a man of science, tentu saja menolak mentah-mentah. Tapi, benarkah?
Charles Baskerville mati di taman rumahnya. Jangan bayangkan taman yang berukuran mini. Ini taman luas yang mengitari Baskerville Hall. Persisnya Charles Baskerville mati di jalan taman yang kanan kirinya diapit jajaran cemara. Jalan itu menghubungkan rumah utama dengan bangunan lebih kecil yang biasa dipakai bersantai di musim panas. Di antara jajaran cemara pada salah satu sisi jalan terdapat pintu gerbang yang langsung menghubungkan lingkungan rumah dengan tegalan yang sangat luas yang menjadi ciri daerah Dartmoor.
Laporan resmi yang dimuat di koran lokal memaparkan, Charles berjalan dari rumah menyusuri jalan taman, sempat berdiri beberapa menit di dekat pintu gerbang, dan lanjut berjalan dengan berjinjit menuju ke bangunan kecil di ujung. Belum sempat mencapai bangunan itu, Charles meninggal dalam keadaan tengkurap.
Dokter Mortimer yang berada di TKP segera setelah kematian faktanya memang menemukan jejak kaki anjing yang berukuran sangat besar. Meskipun wajahnya sulit dikenali, disinyalir akibat jantung yang kelelahan sesaat sebelum kematian, mayat Charles Baskerville tidak menunjukkan adanya luka robek bekas gigitan anjing, juga tidak ada tanda-tanda bekas kekerasan. Jejak kaki anjing itu ditemukan agak jauh dari si mayat.
Apakah itu jejak kaki anjing pemburu dari neraka? Mungkinkah makhluk supranatural meninggalkan jejak?
Tiga orang tetangga, mereka orang-orang yang dikenal jujur, mengaku sempat melihat dari kejauhan anjing pemburu yang berukuran sangat besar, beberapa waktu sebelum tragedi. Mereka bahkan sering mendengar lolongan anjing yang sepertinya berasal dari tegalan.
Diagnosa yang disampaikan Dokter Mortimer ke media massa adalah kematian secara natural karena serangan jantung. Meskipun gamang, Dokter Mortimer akan ditertawakan orang sekampung jika dia mengaitkan faktor supranatural dengan kematian sang baronet.
Tapi ketika ditanya Sherlock Holmes apakah dia percaya dengan legenda itu atau tidak, Dokter Mortimer menjawab, "I don't know what to believe."
Tapi bagi Sherlock Holmes, pertanyaannya bukanlah supranatural atau natural. Bagi si jenius, pertanyaannya adalah apakah ada unsur kriminal di balik kematian Charles Baskerville. Ketika dia bertanya apakah penampakan anjing pemburu itu masih disaksikan warga setelah tragedi, Dokter Mortimer menjawab tidak, "Aku tidak mendengar lagi ada warga yang melihat anjing itu, setelah kematian Charles Baskerville."
Dari jawaban itu, Sherlock Holmes sepertinya sudah mendapatkan kesimpulan. Pertanyaan selanjutnya adalah siapa pelakunya, dan apa motifnya...
Komentar
Posting Komentar