Brevet Pajak Online Unsoed

Untuk dapat lebih memahami instrumen derivatif, artikel ini memberikan contoh transaksi derivatif berupa kontrak serah (forward contracts) serta menjelaskan bagaimana pengaruhnya terhadap laba.
PT Tembaga Mulia adalah perseroan yang bergerak di bidang usaha pertambangan tembaga. Dalam empat kuartal mendatang, PT Tembaga Mulia akan akan menambang dan menjual 100.000 kilogram tembaga. Semua tembaga akan terjual pada akhir kuartal keempat.
Biaya tetap diproyeksikan berjumlah Rp25.000.000.000 dan biaya variabel berjumlah Rp39.000 per kilogram. Berdasarkan proyeksi tersebut, PT Tembaga Mulia harus menutup biaya sejumlah Rp28.900.000.000 untuk dapat pulang pokok (break even), mencakup biaya tetap Rp25.000.000.000 ditambah biaya variabel Rp3.900.000.000. Pendapatan pulang pokok berjumlah Rp289.000 per kilogram.
Berikut disajikan proyeksi keuntungan (kerugian) berdasarkan berbagai posisi pendapatan per kilogram:
Terkait proyeksi tersebut, PT Tembaga Mulia memutuskan untuk mengikat kontrak serah (forward contract) dengan Bratasena. Dengan kontrak tersebut, PT Tembaga Mulia berkewajiban menyerahkan 100.000 kilogram tembaga kepada Bratasena of 100.000 satu tahun mendatang dan berhak mendapatkan harga Rp300.000 untuk setiap kilogram yang diserahkan itu.
Dari contoh transaksi derivatif di atas, bisakah Anda menduga ke mana arahnya cerita ini? Mengapa PT Tembaga Mulia mengikat kontrak dengan Bratasena? Motif apa yang mendasari Bratasena bersedia menjadi pihak lain dari kontrak serah tersebut?
Jika proyeksi biaya itu benar, manajemen PT Tembaga Mulia tahu harga Rp300.000 tersebut sudah mendatangkan keuntungan. Apapun yang akan terjadi, risiko fluktuasi harga tembaga telah dialihkan ke pihak Bratasena.
Bratasena dalam kontrak serah ini bisa jadi adalah spekulan yang mau mengambil risiko, berharap harga akan lebih tinggi dari Rp300.000 satu tahun mendatang, tetapi juga bersedia menanggung kemungkinan harga lebih rendah dari Rp300.000.
Atau, Bratasena bisa saja menggunakan tembaga dalam kegiatan produksi dan sedang mengelola risiko terkait biaya produksi (input) sebagaimana PT Tembaga Mulia yang juga sedang mengelola risiko pada sisi pendapatan (output).
Tentu saja, keterlibatan PT Tembaga Mulia dalam kontrak serah itu juga berarti menutup peluang untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi. Beberapa alasan yang mendasari PT Tembaga Mulia mau mengelola risiko dengan cara demikian di antaranya adalah:
Kembali ke contoh PT Tembaga Mulia, tabel berikut membandingkan pengaruh terhadap penghasilan secara ekonomi dengan dan tanpa dilakukan hedging:
Penghasilan PT Tembaga Mulia sebesar Rp1.100.000.000 bisa dipilah menjadi keuntungan/(kerugian) terkait kontrak serah dan keuntungan/(kerugian) jika hedging tidak dilakukan untuk tiap-tiap skenario harga pasar.
Kolom yang berjudul “Keuntungan/(kerugian) kontrak serah” dihitung dengan menghitung selisih antara harga pasar per kilogram pada tanggal penyelesaian kontrak dengan harga menurut kontrak serah, kemudian mengalikan selisih itu dengan 100.000 kilogram.
Sebagai contoh, jika harga pasar per kilogram adalah Rp310.000 sedangkan harga kontrak serah Rp300.000 per kilogram, PT Tembaga Mulia mengalami kerugian terkait kontrak serah sebesar Rp10.000 per kilogram, atau Rp1.000.000.000. Jika PT Tembaga Mulia tidak melakukan hedging, pendapatan yang diperoleh adalah Rp310.000 per kilogram dan keuntungannya Rp2.100.000.000. Selisih antara keuntungan tanpa hedging, Rp2.100.000.000, dengan kerugian dari kontrak hedging, Rp1.000.000.000, menjadi penghasilan yang akhirnya dilaporkan oleh PT Tembaga Mulia, yaitu Rp1.100.000.000.
Dari contoh transaksi derivatif di atas, Anda bisa melihat keuntungan/(kerugian) kontrak serah bergerak berlawanan dengan keuntungan/(kerugian) jika hedging tidak dilakukan. Contoh transaksi derivatif di atas juga menunjukkan bagaimana hedging efektif mengeliminasi risiko harga jual pada semua tingkat harga. Contoh transaksi derivatif ini mengilustrasikan upaya hedging yang sepenuhnya efektif. Perhatikan, pada semua titik harga jual, penghasilan yang dilaporkan akan sama, yaitu Rp1.100.000.000.
Pengakuan, pengukuran, dan penyajian informasi terkait aktivitas lindung risiko (hedging) dibahas dalam artikel terpisah.
Referensi: Beams et al, 2012, Advanced Accounting 11th Edition, Pearson Education, Inc.
Comments
Post a Comment